A.
Zuhud
1.
Ada dua
ciri zuhud dalam islam
Tetapi
zuhud dalam islam tidak sama dengan yang diajarkan agama – agama di luar islam.
Ada dua ciri yang menandai zuhud dalam islam.
a. Zuhud dalam islam tidak memusuhi dan
tidak menolak kehidupan duniawi.
Nabi Muhammad menjelaskan hal ini dengan sabda beliau
:
“ Zuhud di dunia tidak dengan mengharamkan yang halal dan
tidak membuang harta benda, tetapi zuhud didunia ialah, bahwa engkau lebih
percaya kepada apa yang ada di tangan Allah daripada yang ada ditanganmu “. ( Riwayat Tirmidzi )
Firman
Allah Ta’ala :
“
Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan)
rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi
orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di
hari kiamat." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang
yang mengetahui.“( Q.S. Al - ‘Araf : 32 )
Di zaman Rasulullah
SAW.Pernah terjadi, ada beberapa orang sahabat Nabi berusaha untuk hidup secara
zuhud, tetapi zuhud yang keliru, yaitu zuhud yang memusuhi kehidupan
duniawi.Diantara mereka ada yang mengharamkan buat dirinya untuk makan
daging.Ada yang mengharamkan buat dirinya untuk tidur malam hari. Ada
yang bertekad tiada akan makan di waktu siang hari. Bahkan seseorang diantara
mereka, yaitu Usman bin Mad’un memutuskan untuk meninggalkan kehidupan
perkelaminan dengan istrinya. Lebih jauh lagi Usman bin Mad’un ini merencanakan
untuk mengebiri alat kelaminnya, supaya ia tidak terganggu mengerjakan ibadah.
Istri Usman bin Mad’un yang bernama
Haula mengadukan kezuhudan suaminya itu kepada Nabi SAW. Sebab ia tentu saja
merasa dirugikan. Usman dipanggil oleh Nabi, dan setelah mendengar pengakuan
Usman, Nabi SAW.Berkata :
“ Celaka engkau,
wahai Usman! Saya perintahkan supaya engkau melepaskan sikap yang keliru
itu.Pulanglah, berbukalah dan pergaulilah istrimu seperti keadaan yang biasa “.
“ Perintah itu akan saya taati dan
jalankan!” sahut Usman bin Mad’un.
Setelah terjadi peristiwa itulah,
keluar Hadits nabi yang berbunyi :
“ Betapakah halnya orang – orang
yang mengatakan begini dan begitu ( maksudnya : mengharamkan perempuan,
mengharamkan makan daging, makan siang hari, tidur malam, dan lain sebagainya
). Sesungguhnya saya sendiri sembahyang, tidur ( malam ), puasa, tetapi berbuka
dan mengawini wanita. Barang siapa tidak suka kepada Sunnahku, bukanlah ia
termasuk dari golonganku.
Selain itu, ada
cerita lain lagi.Ada seorang laki – laki yang dipuji oleh para sahabat di
hadapan Rasulullah SAW.Karena laki – laki itu di waktu malam tidak tidur dan di
waktu siang berpuasa, dengan tidak henti – hentinya beribadah. Menanggapi
hal ini, Rasulullah bertanya : “ Siapa yang menanggung kebutuhan hidup laki –
laki yang terus menerus beribadah itu? Jawab para sahabat , “ Kami semua ini,
ya Rasulullah ! “ Rasulullah bersabda, “ Kamu semua lebih baik daripada laki –
laki itu “.
b. Zuhud dalam islam adalah zuhud yang
bersifat sosial, bukan bersifat individual.
Artinya,
seseorang dibenarkan oleh islam berbuat zuhud dari berbagai kesenangan, kalau
hal itu dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.
Ahli - ahli zuhud yang bersifat social ini, banyak
terdiri dari orang – orang salih dan ulama - ulama cerdik pandai.Mereka telah
merasa cukup dengan kesenangan pribadinya yang lebih sedikit dari yang
semestinya, demi untuk kesenangan dan kesejahteraan masyarakat. Zuhud
yang demikian inilah yang antara lain diabut oleh Khalifah Umar Ibnul Khattab.
Umar tidak mau menyenangkan dirinya sendiri, karena
menurut pendapatnya, jika ia berbuat demikian, berarti ia memberikan kesempatan
kepada para pejabat pemerintah untuk berfoya - foya dan bersenang - senang
pula, sehingga rakyat menjadi korban karenanya. Dengan
demikian kezuhudan Umar itu adalah untuk kebahagiaan masyarakat.
2.
Bukti dan Kenyataan dari Zuhud Rasulullah SAW.
a.
Dalam
Harta Benda
1.
Beliau
tidak memonopoli harta benda yang banyak yang bersumber dari rampasan perang, fa’i, pajak, sadaqah dan
hadiah - hadiah. Beliau hanya
mengambil bagiannya yang seperlima itu. Kemudia beliau tidak menyimpan satu
dirhampun dari yang seperlima itu bahkan beliau menafkahkannya untuk sasaran - sasaran yang
semestinya dan untuk memperkuat kaum muslimin serta untuk kebahagiaan orang
lain. Beliau bersabda :
“ Aku tidak akan senang
mempunyai mas sebesar gunung Uhud lalu ada satu dinar dari mas itu yang masih
aku simpan kecuali satu dinar yang aku sediakan untuk melunasi utangku. “
2.
Pada
suatu ketika beliau menerima sejumlah dinar yang sangat banyak maka oleh beliau
dinar itu dibagi -
bagikan dan sisanya sebanyak enam dinar diserahkannya kepada seorang isterinya.
Tetapi beliau tidak bias tidur semalaman karena teringat terus kepada dinar
yang beliau serahkan kepada isterinya itu. Setelah dinar itu beliau bagi - bagikan lagi beliau
berkata : sekarang barulah hatiku merasa tentram.
3.
Kepada
beliau dikirim harta dari Bahrain dan harta tersebut merupakan harta yang
paling banyak yang pernah dikirim kepada beliau. Maka beliau keluar untuk
mengerjakan shalat dan beliau tidak menoleh kepada harta itu. Ketika beliau
selesai mengerjakan shalat maka beliau duduk disamping harta itu. Dan setiap
beliau melihat orang maka orang itu diberinya sebahagian dari harta itu.
b.
Dalam
hal makanan
1. Beliau tidak mengumpulkan dlam perutnya dua macam makanan.
Jika beliau memakan daging maka beliau tidak menambah dengan yang lain dan jika
beliau memakan korma beliau tidak memakan lagi yang lainnya, dan jika beliau
memakan roti bagi beliau cukuplah roti itu saja dan jika beliau menemukan susu
tanpa roti maka itupun sudah cukup bagi beliau.
2. Sayyidah ‘Aisyah berkata :bahwa keuarga
Muhammad semenjak datang di Madinah tidak pernah kenyang memakan gandum, tiga
hari berturut -
turut sampai beliau meninggal.
3. Beliau makan apa yang ada, beliau tidak
menolak apa yang beliau dapati.
4. Sayyidah ‘Aisyah berkata : Perut
Rasulullah tidak pernah penuh sampai kenyang, beliau tidak pernah meminta
makanan lalu makanan itu tidak disukainya, bila keluarga beliau memberikan
makanan, makanan itu beliau makan dan apa saja makanan yang diberikan beliau
makan dan apa saja minuman yang disuguhkan kepada beliau , beliau minum.
5. Oleh karena itu beliau berkata : aku
lapar sehari dan aku kenyang sehari. Bila aku lapar bersabar dan berdo’a dengan
merendah diri kepada Allah, dan bila aku kenyang aku bersyukur kepadaNya.
3.
Hal - hal yang Mendorong Untuk Hidup Zuhud
a.
Keimanan yang kuat dan selalu ingat bagaimana ia berdiri di hadapan Allah
pada hari kiamat guna mempertanggung-jawabkan segala amalnya, yang besar maupun
yang kecil, yang tampak ataupun yang tersembunyi. Ingat! betapa dahsyatnya
peristiwa datangnya hari kiamat kelak. Hal itu akan membuat kecintaannya terhadap
dunia dan kelezatannya menjadi hilang dalam hatinya, kemudian meninggalkannya
dan merasa cukup dengan hidup sederhana.
b.
Merasakan bahwa dunia itu membuat hati terganggu dalam berhubungan dengan
Allah, dan membuat seseorang merasa jauh dari kedudukan yang tinggi di akhirat
kelak, dimana dia akan ditanya tentang kenikmatan dunia yang telah ia peroleh,
sebagaimana firman Allah, “Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu
tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” ( Q.S. At - Takaatsur
: 6 )
Perasaan seperti ini akan mendorong
seorang hamba untuk hidup zuhud.
c.
Dunia
hanya akan didapatkan dengan susah payah dan kerja keras, mengorbankan tenaga
dan pikiran yang sangat banyak, dan kadang-kadang terpaksa harus bergaul dengan
orang-orang yang berperangai jahat dan buruk. Berbeda halnya jika menyibukkan
diri dengan berbagai macam ibadah; jiwa menjadi tentram dan hati merasa sejuk,
menerima takdir Allah dengan tulus dan sabar, ditambah akan menerima balasan di
akhirat. Dua hal di atas jelas berbeda dan (setiap orang) tentu akan memilih
yang lebih baik dan kekal.
d.
Merenungkan
ayat-ayat Al-Qur’an yang banyak menyebutkan tentang kehinaan dan kerendahan
dunia serta kenikmatannya yang menipu (manusia). Dunia hanyalah tipu daya,
permainaan dan kesia-siaan belaka. Allah mencela orang-orang yang mengutamakan
kehidupan dunia yang fana ini daripada kehidupan akhirat, sebagaimana dalam
firman-Nya, “Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan
kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (QS.
An-Naaziat: 37-39)
4.
Tingkatan Zuhud
Ada
beberapa tingkatan zuhud sesuai dengan keadaan setiap orang yang melakukannya,
yaitu:
a.
Berusaha untuk hidup zuhud di dunia; sementara
ia menghendaki (dunia tersebut), hati condong kepadanya dan selalu menoleh ke
arahnya, akan tetapi ia berusaha melawan dan mencegahnya.
b.
Orang
yang meninggalkan dunia dengan suka rela, karena di matanya dunia itu rendah
dan hina, meskipun ada kecenderungan kepadanya. Dan ia meninggalkan dunia
tersebut (untuk akhirat), bagaikan orang yang meninggalkan uang satu dirham untuk
mendapatkan uang dua dirham (maksudnya balasan akhirat itu lebih besar daripada
balasan dunia).
c.
Orang
yang zuhud dan meninggalkan dunia dengan hati yang lapang. Ia tidak melihat
bahwa dirinya meninggalkan sesuatu apapun. Orang seperti ini bagaikan seseorang
yang hendak masuk ke istana raja, terhalangi oleh anjing yang menjaga pintu,
lalu ia melemparkan sepotong roti ke arah anjing tersebut sehingga membuat
anjing tersebut sibuk (dengan roti tadi), dan ia pun dapat masuk (ke istana)
untuk menemui sang Raja dan mendapatkan kedekatan darinya. Anjing di sini
diumpamakan sebagai syaitan yang berdiri di depan pintu (kerajaan/surga) Allah,
yang menghalangi manusia untuk masuk ke dalamnya, sementara pintu tersebut
dalam keadaan terbuka. Adapun roti diumpamakan sebagai dunia, maka barangsiapa
meninggalkannya niscaya akan memperoleh kedekatan dari Allah.
Dalam ayat yang
lainnya Allah berfirman,
“ Tetapi kamu (
orang – orang kafir ) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal.“( Q.S. Al - A’laa : 16 - 17 )
Semua dalil-dalil, baik dari Al-Qur’an maupun as-Sunnah, mendorong seorang yang beriman untuk tidak terlalu bergantung kepada dunia dan lebih mengharapkan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal.
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق